Selasa, 24 April 2012

Sejarah Fotografi

Foto pertama dibuat pada tahun 1826 selama 8 jam. Louis Jacques mande Daquerre merupakan bapak fotografi dunia (1837). Usaha untuk menangkap dan mempertahankan santiran-santiran inilah yang menghasilkan fotografi. Eksperimen-eksperimen perta­ma dibuat dengan pelat-pelat logam yang dilapisi dengan berbagai macam larutan perak. Zat kimia ini mengurai perlahan-lahan bila terkena cahaya. Kalau pelat yang disiapkan secara demikian tadi diletakkan dalam kotak gelap (kamera obskura bentuk kecil) dan dipasang di depan sebuah pemandangan atau di depan suatu benda, perlahan-lahan bentuk remang-remang benda itu akan muncul pa­da pelat. Dari awal yang masih mentah inilah datangnya serentetan perbaikan dalam fotoreseptor, dalam zat kimia dan dalam kamera; beberapa di antara hal-hal penting ini dilukiskan oleh fotografi ku­no bersejarah yang ditunjukkan pada halaman-halaman berikut.
FOTO PERTAMA
Foto pertama di dunia dibuat dalam tahun 1826 oleh Joseph Nicephore Niepce dari sebuah jendela di rumah perkebunannya di Peran­cis. Untuk “film” Niepce menggunakan lem­pengan campuran timah yang dipekakan dan ia mendapat gambaran kabur dari puncak­-puncak atap yang digambarkan di atas. Foto ini biasanya diperbaiki supaya jelas teta­pi versi yang seperti inilah wujud sebenarnya.
Di bawah ini merupakan hasil pemotretan yang telah diperbaiki. Image of a Set Table ini dibuat Niepce tahun 1827
PENCAHAYAAN JANGKA LAMA
Pelat tembaga berlapis perak yang dengan ­perak jodida merekam santiran sebuah jalan di Paris. Dalam daguerreotipe buatan ­L.J.M. Daguerre pada tahun 1839 ini terdapat orang pertama yang pernah difoto – seseorang yang sedang menyuruh agar sepatunya dibersihkan (kanan depan). Jalan itu sedang sibuk tetapi hanya orang ini yang cukup lama di tempat, sehingga terlihat sela­ma pencahayaan dengan waktu lima menit.
Eksperimen Penting pada Tembaga
Usaha pertama yang berhasil dalam menang­kap santiran penglihatan dilakukan di Peran­cis dalam tahun 1830 oleh Nicephore Niep­ce, seorang penemu, dan Louis J.M. Daguer­re, seorang perancang panggung. Sebenarnya Niepcelah orang yang berkehormatan mem­buat foto pertama di dunia. Tetapi Daguerre adalah orang yang memulai foto­grafi dengan cara mengenakan uap air raksa pada pelat tembaga peka untuk memuncul­kan santiran yang jauh lebih tajam daripada yang pernah dapat dibuat orang sebelum­nya. Meskipun tidak ada kopi yang dapat di­buat dari gambar itu, daguerreotipe sangat­lah menguntungkan dan menjadikan pene­munya kaya.
AGUERRE DALAM DAGUERREOTIPE
Film Pertama dari Kertas
Pada waktu yang sama seorang Inggris, Fox Talbot, sedang membuat “film” temuannya berupa kertas berlapis perak klo­rida. Hasilnya adalah negatif kertas yang da­pat mereproduksi banyak cetakan dengan menekankannya pada kertas peka dan mem­biarkannya tertembus oleh cahaya matahari.
Dalam foto yang dibuat pada tahun 1845 ini Fox Talbot di muka studio laboratoriumnya memamerkan keampuhan proses kertas penemuannya ini dapat (dari kiri) menurun lukisan, memotret orang duduk, mencetak pelat pada rak dalam cahaya matahari dan memtoto patung.
Hasil Lebih Baik dengan Kaca Basah
Daguerreotipe dan negatif kertas Talbot di­lupakan orang menjelang tahun 1860 setelah diperkenalkannya film dari pelat kaca yang diolah secara kimia. Kaca merupakan dasar yang baik sekali untuk emulsi kimia peka se­bab benar-benar tembus pandang dan tidak menghalangi lewatnya cahaya, sehingga me­mungkinkan cetakan yang terang dan tajam. Masalah melekatkan emulsi ke kaca dipecah­kan oleh seorang Inggris, Scott Archer, tahun 1851. la menggunakan zat cair leng­ket yang disebut kolodium. Pelat basahnya harus disiapkan, disinari dan dicuci di tem­pat, sebelum emulsi pekanya mengering. Pro­ses ini repot, tetapi cukup baik sehingga pa­ra pemotret bersemangat untuk membawa perlengkapan yang berat ke seluruh penjuru dunia. Dua orang pelopor semacam itu ada­lah William H. Jackson, yang memotret Dae­rah Barat Amerika, dan seorang Inggris, Ro­ger Fenton, pemotret perang zaman dahulu.
JACKSON BERAKSI
Di puncak Glacier Point, di tempat yang se­karang menjadi Taman Nasional Yosemite, Kalifornia, Jackson menyetel kamera pelat basahnya untuk memotret pemandangan alam. Antara tahun 1866 dan 1879 dia me­ngembara di Daerah Barat Amerika,dan mem­buat ribuan foto. Foto-foto nya sangat tenar dan jepretan pemandangannya berpengaruh membujuk Konggres A.S. untuk membuat  taman-taman nasional di seluruh Amerika
BENGKEL YANG MUDAH DIBAWA
Di Daerah Barat Amerika, William H. Jack­son bekerja dengan pelat-pelat basah dalam ruang gelap, sebuah tenda di dekat jalan ke­reta rel di Utah. Ia memotret awak kereta rel sebagai imbalan tumpangan cuma-cuma.
ALAT-ALAT UNTUK PELAT BASAH
Alat-alat inilah yang dibutuhkan untuk mem­buat gambar pada pelat basah. Pelat kaca di­jepit (kiri) untuk dibersihkan dan digilap­kan. Kolodium yang lengket dituangkan pa­da kaca, yang lalu dicelupkan dalam bak pe­lat (tengoh), tempat pelat mendapat lapisan larutan perak nitrat. Pelat diletakkan dalam suatu wadah (depon) sehingga dapat disisip­kan dalam kamera (belohang, kanan) tanpa menyentuhkan permukaan Iengketnya pada sesuatu.Sesudah pencahayaan,sebuah gagang pistol (kanan) digunakan untuk merendam pelat itu dalam cairan pencuci. Berat semua peralatan ini dapat mcncapai 50 kilogram.
PEMOTRET PERANG KRIM
Roger Fenton adalah seorang pengacara lng­gris yang dengan pembantunya  mem­bawa laboratorium-foto-keliling ini ke Seme­nanjung Krim dalam tahun 1855. Dalam ke­retanya, Fenton menyimpan lima kamera, 700 pelat kaca, dan berpeti-peti zat kimia, juga tenda tidur, dan makanan. Ia menjela­jahi perkemahan dan medan-medan pertem­puran. Dia sering dihentikan oleh pasukan Inggris yang berkeras supaya mereka difoto.
Keajaiban Pelat Kering
Percobaan yang penuh perjuangan gigih de­ngan potret pelat basah berakhir dalam 1876 dengan tibanya pelat kering – kaca persegi seperti sebelumnya, tetapi kali ini emulsi pekanya ditahan oleh lapisan gelatin yang cepat kering. Formula gelatin yang pertama dikernbangkan pada tahun 1871 oleh seorang dokter Inggris, Richard L. Maddox. Kecuali pelat dapat disiapkan sebelumnya, gelatin itu sendiri meningkatkan kepekaan­nya sampai 60 kali lebih cepat daripada pe­lat basah yang dahulu. Sekarang, untuk per­tama kalinya, aksi dapat “dihentikan” de­ngan waktu pencahayaan yang cepat. Pelat baru itu segera rnenimbulkan perubahan dalarn model kamera. Sampai waktu itu, foto dibuat dengan memindahkan tutup lensa dari kamera, sebab pencahayaan diukur ber­detik atau bermenit; dan “film”nya sangat lambat sehingga tidak menangkap bayangan jari pemotret. Sekarang, dengan adanya pe­lat yang lebih cepat, penutup mekanis yang rumit dibutuhkan untuk memasukkan seki­las cahaya melalui lensa. Foto aksi baru yang dramatis segera menyusul. Eadweard Muy­bridge membuat telaah vital tentang loko­mosi, mengurangi pencahayaan sampai seper­sekian detik. Gambar-gambar yang dibuat­nya memungkinkan orang melihat pertama kali bagaimana mereka sebenarnya bergerak.
FOTO AKSI BERANGKAI
Muybridge membuat telaah gerak dengan beberapa cara. Dalam dua rangkaian di atas ia menyerempakkan pandangan depan dan belakang gadis yang sedang berjalan. Dalam tiga rangkaian bawah ia menggunakan tiga kamera untuk pelbagai pandangan dari seo­rang gadis yang melemparkan sapu tangan­nya. Telaah gerak ini tak ternilai artinya ba­gi seniman dan dokter yang mengajar berja­lan orang cacat. Muybridge mula-mula beker­ja dengan pelat basah. Baru setelah memakai pelat kering yang lebih cepat, ia mengembangkan teknik henti-gerak yang membuatnya tenar – dan terkenal jahat, karena banyak rangkaiannya berupa orang bugil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar